08 Juni 2009

MARINIR SIAGA PERANG DI AMBALAT


Kembali memanas sengketa perbatasan di kawasan Ambalat dengan negara tetangga Malaysia beberapa pekan terakhir, disikapi tegas oleh Indonesia. Selain menempatkan langsung 7 KRI di wilayah sengketa, daya bertempur pasukan marinir yang ditugaskan didaerah ini juga ‘dipertajam’.

Jumlah armada kapal perang yang ditugaskan mengawal perbatasan di wilayah perairan dimaksud, memang jauh lebih banyak dibanding ketika masalah serupa juga terjadi pada tahun 2005 silam. Saat itu, Indonesia hanya menempatkan paling banyak tiga KRI di perairan sekitar Karang Unarang tersebut.
Tidak sekadar menambah jumlah armada kapal perang, sikap tegas pemerintah RI mengamankan wilayah perbatasan tersebut juga dibuktikan dengan meningkatkan kesiagaan pasukan marinir yang ditugaskan di Kecamatan Sebatik sebagai daratan terdekat milik RI dengan wilayah perbatasan yang disengketakan itu.
Bukti ditingkatkannya kesiagaan pasukan perang personel marinir ini, kemarin telah digelar kegiatan latihan bertempur. Dipersenjatai lengkap, pasukan marinir yang akan dipertajam kemampuan bertempurnya tersebut, kemarin langsung diterjunkan pada beberapa titik medan taktis di daratan Pulau Sebatik, jika kontak senjata dengan negara tetanga terdekat tersebut akhirnya tidak bisa dihindari.
Konsentrasi terbesar penempatan pasukan marinir yang siap tempur kemarin terutama disekitar bibir pantai Sei Pancang, yang merupakan daratan Pulau Sebatik yang berhadapan langsung dengan kota Tawau, Malaysia. Sama seperti Satgas Ambalat sebelumnya yang ditugaskan di Pulau Sebatik, Satgas Marinir Ambalat IX yang dikomandani Kapten Marinir Budi Santosa dan dipastikan akan bertindak tegas jika Malaysia nekat mencaplok kawasan Karang Unarang.
Bahkan kali ini Satgas Amblat IX dilengkapi tim pasukan elit sniper atau penembak jitu, yang ketangguhannya telah teruji di medan pertempuran pada beberapa daerah konflik di negara ini. “Unjuk kekuatan ini agar musuh tidak memandang sebelah mata dengan kesiapan marinir Indonesia mempertahankan kedaulatan negara,” kata Budi Santosa.
Pada simulasi perang yang berlangsung kemarin, tim elit sniper yang dibagi menjadi dua tim masing-masing berkekuatan 3 personel itu diposisikan pada dua titik strategis tempur di sekitar Sei pancang. Tim sniper pertama dilengkapi dengan senjata jenis NTW kaliber 20. Senjata yang memiliki berat 30 kilogram yang memiliki daya jangkau mencapai 1800 meter, diposisikan pada salah satu bangunan tinggi rumah penduduk di Sei pancang.
Sedangkan satu tim sniper lainnya, dibekali senjata jenis SPR kaliber 7,62 diposisikan di ketinggian menara suar milik Dinas Perhubungan yang berjarak sekitar 200 meter dibelakang posisi tim sniper pertama.

Lintasi Suramadu, Batas Nyaman Berkendara 40 Km/jam Bagi Sepeda Motor

Batas nyaman berkendara bagi sepeda motor yang melintasi Jembatan Nasional Suramadu adalah 40 km/jam. Dengan kecepatan tersebut, pengendara akan lebih santai dan terasa nyaman saat mengemudikan motornya. Selain itu mereka dengan mudah bisa mengendalikan kecepatannya saat angin di laut pada temperatur tinggi.

Hal itu dikatakan Dirjen Bina Marga, Departemen Pekerjaan Umum, Hermanto Dardak saat melakukan uji coba jalur sepeda motor pada jalur khusus motor di Jembatan Suramadu dari arah Surabaya hingga Madura, Sabtu (6/6).

Dengan lebar jalur sepeda motor yang mencapai 3 meter, kendaraan yang melintasi jalur tersebut masih bisa saling bersalipan. Namun demikian, bukan berarti mereka bisa saling kebut-kebutan. Karena jalur tersebut berbeda dengan jalur jalan di darat, serta terus berubahnya kecepatan angin laut pada jembatan tersebut juga harus diperhatikan.

Dikatakannya, kondisi badan jalan pada jalur motor di sisi Surabaya dan Madura berbeda dengan kondisi di bentang tengah. Pada jalur di sisi Surabaya dan Madura, badan jalan terbuat dari struktur beton. Karena terbuat dari beton, sehingga unsur kerataan jalan tidak semulus dengan yang terbuat dari aspal. Badan jalan yang terbuat dari beton lebih memiliki kecenderungan jalannya bergelombang. Sedangkan pada bentang tengah sepanjang 818 meter, lajur sepeda motor terbuat dari aspal.

Adanya perbedaan bahan tersebut karena menyesuaikan dengan kondisi konstruksi jembatan. Pada Causeway sisi Surabaya dan Madura konstruksinya berasal dari pilar-pilar dengan struktur beton, sedangkan pada bentang tengah tepatnya di Main Span struktur konstruksinya terbuat dari baja, sehingga lebih tepat menggunakan aspal pada badan jalan jalur motor.

Pada jalur motor di bentang tengah, kecenderungan pengendara untuk menambah kecepatannya kemungkinan besar terjadi. Karena adanya anggapan jalannya lebih mulus, apalagi di lokasi tersebut mereka seakan-akan merasa ada ditengah-tengah laut dengan melihat indahnya pilar utama Jembatan Suramadu yang kokoh. Mengantisipasi hal itu, pelaksana proyek dan petugas yang nantinya sebagai operator jembatan, akan terus melakukan sosialisasi pada pengendara. Meskipun pada jalur motor sudah banyak dipasang rambu-rambu lalulintas yang bertuliskan batas aman berkendara adalah 40 km/jam.

Berdasarkan data ujicoba yang dilakukan oleh konsultan pada 3 April, menyebutkan kecepatan angin saat pagi hari dari pukul 07.00-09.00 WIB kecepatan angin berkisar 3,4-4,1 meter/detk dalam kondisi cuaca cerah. Pada siang hari antara pukul 13.00-14.00 WIB kecepatan angin berkisar 5,5-8,7 meter/detik dengan kondisi cuaca gerimis. Pada sore hari antara pukul 17.00-18.00 WIB kecepatan angin berkisar 2,4-4,2 meter/detik dalam kondisi cuaca berawan, sedangkan pada malam hari antara pukul 20.00-21.00 WIB kecepatan angin berkisar 5,2-6 meter/detik dalam kondisi cuaca cerah. Sedangkan batas tidak aman untuk dilintasi, yakni ketika kecematan angin mencapai 11 meter/ detik. Pada saat kecepatan angin mencapai nilai tersebut, maka jalur sepeda motor akan ditutup secara otomatis dan tidak boleh dilintasi.

Ditanya soal tarif, Hermanto Dardak belum menyebutkan berapa tarif yang harus dibayarkan oleh pengguna Suramadu. Namun dia menegaskan tarifnya akan lebih murah dari penyeberangn melalui kapal feri. ’Tarif yang nanti dibayarkan bukan bertujuan untuk mengembalikan investasi pembangunan jembatan, namun untuk biaya pemeliharaan,” katanya. (jal) = (sumber : www.suramadu.com)

New Icon of Indonesia





 

Copyright © 2009 thofamelihat Designed by csstemplatesmarket

Converted to Blogger by BloggerThemes.Net