Kompas/adi prinantyo
Madiun, Kompas - Kereta Rel Listrik Indonesia (KRLI), yang merupakan KRL pertama produksi Tanah Air, akan diuji coba hari Rabu (19/9) ini, di PT Industri Kereta Api (Inka) Madiun, Jawa Timur (Jatim). Uji coba tersebut, merupakan peluncuran perdana sebelum diresmikan penggunaannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri, Sabtu mendatang.
Pimpinan Proyek KRLI PT Inka, Ir Gunesti Wahyu, dan Pejabat Hubungan Masyarakat (Humas) Fathor Rasid, mengungkapkan hal itu di kantornya, Selasa. Menurut Gunesti, KRLI merupakan penggabungan antara model Kereta Api (KA) khas Jepang yang serba praktis, dan KA khas Eropa yang sarat dengan nuansa estetika.
"Kami mempunyai database teknologi KA di Jepang dan Eropa. Ini berdasar pengalaman alih teknologi selama bertahun-tahun. Lewat KRLI ini, dua database itu kami padukan. Kami bisa menyebut ini produksi Indonesia, karena idenya digodok di sini, desain dasarnya dibuat di sini, dan proses produksinya juga di sini. Ini berbeda dengan KRL-KRL sebelumnya, di mana ide dan desain dasarnya dari luar," ujarnya.
Berdasar pengamatan pada Selasa pagi, seluruh interior di dalam KRLI, terbuat dari fiber glass produksi dalam negeri. Mulai dari dinding, kursi, dan pintunya. Jika dilihat dari modelnya, sebagian besar interior di dalam kereta, dan juga badan kereta, mengambil konsep KA khas Jepang. Meskipun, ada juga sentuhan KA Eropa, yang muncul lewat bagasi di sisi atas kereta. Di bagasi tersebut, ada unsur besi melengkung, bukan lurus seperti kebanyakan.
Kompas/adi prinantyo
Ciri khas KA Eropa, banyak terlihat di "kepala" KRLI, yang ada di muka dan belakang rangkaian kereta. "Ciri Eropa itu tampak kuat pada bentuk kepala KRLI yang menonjolkan kekuatan warna, dan bentuk yang indah," katanya. Kepala KRLI-seperti halnya mayoritas tubuh kereta-berwarna oranye muda.
Dilihat dari kursi KRLI yang terbuat dari fiber glass, peruntukan kereta baru itu adalah untuk kereta kelas ekonomi. Akan tetapi, KRLI dilengkapi pengatur suhu udara atau air conditioner (AC). Penggunaan AC untuk KRL kelas ekonomi, bertujuan untuk lebih memuaskan penumpang.
Dua rangkaian KRLI, merupakan pesanan dari pelanggan utama PT Inka, yakni PT Kereta Api Indonesia (KAI). Kedua rangkaian tersebut-masing-masing rangkaian terdiri atas empat kereta-dibeli PT KAI, seharga Rp 51 milyar. Saat ditanya berapa biaya produksi untuk membuat dua rangkaian KRLI itu, Fathor Rasid enggan mengungkapkannya.
Pembuatannya menurut Gunesti, memakan waktu dua tahun, yaitu sejak September 1999 hingga September 2001. "Ide awalnya, sebetulnya sudah digodok sejak 1997, ketika PT Inka meluncurkan Argobromo Anggrek. Inginnya, produk ini sudah bisa diluncurkan tahun 1999. Cuma, karena satu dan lain hal, baru bisa di-launching sekarang," tambah Gunesti, yang juga Manajer Teknik PT Inka.
Beberapa inovasi teknologi juga telah dilakukan pada produksi KRLI, sehingga membuatnya berbeda dengan KRL-KRL sebelumnya. Di antaranya, pembuatan layar display untuk informasi stasiun di dalam kereta. Dari informasi di layar tersebut, penumpang dapat mengetahui ia sudah sampai di stasiun mana.
Inovasi lain, adalah pembuatan layar pengumuman tujuan, di muka kereta. "Layar tujuan ini juga sudah computerized. Tidak manual seperti kebanyakan yang ada, misalnya dengan papan bertuliskan 'Ke Gambir', atau 'Ke Jakarta'. Di sini sudah dengan huruf berjalan," jelasnya lagi. (adp) (source=KOMPAS)